Hai, aku Lily.
Ini kisah cinta monyetku di bangku SMP. Semua berawal dari perasaan aneh yang
kurasakan saat aku melihatnya pertama kali pada upacara pembukaan MOS. Yah,
kami masih siswa baru waktu itu, tepatnya kelas 7 SMP. Entah kenapa pandanganku
tak bisa lepas darinya. Bahkan bibirku pun tak dapat berhenti untuk membentuk
sebuah senyuman. Yang lebih parahnya lagi, aku akan bertingkah seperti itu
setiap kali aku melihatnya! ‘Oh tidak..
sebenarnya apa yang salah dalam diriku?’ pertanyaan itu terus menghantuiku
dan membuatku kalut. Hingga pada akhirnya aku membuat kesimpulan bahwa aku
menyukainya. Awalnya aku tak mengerti mengapa aku bisa menyukainya. Lalu satu
hal yang aku pahami dari sebuah film drama yang kutonton, ciri dimana seseorang
jatuh cinta adalah jantungmu akan berdetak 1000 kali lebih cepat disaat kamu
melihatnya. Ciri itu sama persis dengan apa yang aku alami. Dan untuk sementara
waktu, aku mulai enjoy terhadap
perasaan yang aku punya ini. Aku juga mulai mencari info-info tentang dia
melalui akun sosial medianya. Mulai menyukai hal-hal yang dia suka, selau
memperhatikan tingkah lakunya secara diam-diam di sekolah, sampai mencoba beberapa
modus untuk mendekatinya. Tapi hasilnya, dia seakan tak pernah menghiraukanku.
Kalau boleh dibilang, lebih tepatnya dia mengacuhkanku. Aku juga bahkan
berpikir kalau dia tak penah menganggap kehadiranku. Dia tak mungkin mengenalku, sekalipun hanya
sekedar nama. Walaupun begitu aku tetap memendam perasaan suka terhadapnya. Dia
secara tidak langsung telah menjadi moodbooster-ku.
Suatu hari,
aku mendengar kabar dari sahabatku bahwa
dia telah punya seorang pacar. Aku tak mengerti dengan diriku. Aku merasakan
hal yang aneh namun tak seperti biasanya. Perasaan ini terasa sesak didalam
dadaku. Belum lagi rasa sesak itu berubah menjadi rasa sakit atau.. entahlah
aku tak bisa menggambarkannya. Mungkinkah ini yang namanya rasa cemburu?
Kalaupun iya, aku harus bagaimana? Apa aku masih boleh mencintai orang yang
sudah mempunyai pacar? Atau aku harus membuang perasaanku ini dan mengenal kata
move on? Tuhan.. kenapa cinta serumit ini,sih? Andai saja aku mengetahui lebih
awal kalau cinta itu tak sepenuhnya indah. Aku pasti tak akan pernah mau
merasakan yang namanya jatuh cinta! Aku mulai berpikir untuk melupakannya.
Namun hal itu tak semudah yang kubayangkan. Hingga aku memilih untuk tetap
menyukainya.
Tak terasa
waktu terus berjalan. Kami sudah menginjak kelas 9 SMP. Selama itu pula aku
tetap menyimpan rasa untuknya. Namun, aku tak pernah lagi menstalk akun sosial medianya. Aku hanya
terkadang memperhatikannya dari jauh. Aku tak pernah berniat untuk mencari tahu
tentang hubungannya dengan pacarnya. Tapi aku pernah mendengar bahwa mereka
telah putus. Aku juga tidak begitu yakin dan tak tahu harus bersikap apa jika
berita itu memang benar. Yang bisa kulakukan hanyalah menuangkan segala hal
yang memenuhi pikiranku tentangnya kedalam bentuk puisi yang pada akhirnya aku share ke bloggerku. Berharap rangkaian
kata demi kata itu bisa tersampaikan kepadanya. Aku berpikir bahwa hal itu tak
akan mungkin terjadi. Tapi mungkin takdir berkata lain. Tanpa sepengetahuanku,
sahabatku ternyata memberikan link bloggerku kepada guru bahasa Indonesiaku
yang memang pada waktu itu sedang mencari siswa yang akan diikutkan untuk lomba
menulis puisi antarsekolah. Dan akhirnya kepala sekolah memilihku untuk
mengikuti lomba tersebut. Tentu saja berita itu segera menyebar ke seluruh area
sekolah. Yang tak kupahami, bagaimana bisa akun bloggerku juga jadi terkenal?
Aku begitu khawatir jikalau sampai ada yang tahu siapa seseorang yang selama
ini menjadi bahan dari puisi-puisiku.
Rasa
khawatirku sepertinya memang terjadi. Bahkan lebih dari yang kuperkirakan. Dia,
sosok yang selama ini kusukai tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang membuatku
tak bisa berkutik lagi.
“Ly.. kamu
sejak kapan nulis puisi-puisi itu buat aku?” aku hanya memandangnya kaget. Lalu
hendak mengelak namun segera dipotong olehnya.
“Kamu nggak
usah mengelak, aku udah tahu semuanya dari sahabat kamu. Jadi, apa benar kamu
suka sama aku sejak kita masuk sekolah ini?” aku tak sanggup menatapnya lagi.
Aku hanya bisa mengagguk sebagai jawaban dari pertanyaannya itu. Lalu aku
mendengar desahan berat yang dia keluarkan.
“Mengapa aku
begitu bodoh, tak pernah menyadari seseorang yang sangat spesial sepertimu itu
menyukaiku?” katanya pada dirinya sendiri. Aku terdiam sambil menunduk masih
tak berani untuk menatapnya. Kemudian kedua tangannya memegang erat kedua
bahuku sehingga aku spontan mendongak, menatap tepat di manik matanya.
“Ly.. izinkan
aku untuk belajar mencintaimu.” Dia mengatakan hal itu dengan suara yang begitu
lembut dan tulus. Senyumannya yang selalu kukagumi terukir di wajahnya. Aku
yang dengan perasaan kaget sontak mengangguk mengiyakan. Aku tak menyangka
bahwa kisah cinta pertamaku akan bermuara semanis ini.
Cerpen ini gue buat semata-mata sebagai contoh kisah cinta monyet yang kerap dirasakan para remaja. semoga kalian yang membacanya merasa terhibur :)