Hai, disini Mufliha yang tiga bulan lagi berumur 23 tahun. Terakhir aku meninggalkan jejak di blog ini 5 tahun lalu, saat masih berusia 18 dan masih galau karena gagal SBMPTN wkwk. Tenang saja Muf, kalau kamu tahu di masa depan, meskipun tidak lulus SB, kamu tetap berhasil masuk Unhas jurusan psikologi lewat jalur mandiri. Bahkan, sekarang pun kamu masih jadi mahasiswa kampus itu disaat kebanyakan teman-teman kuliahmu sudah pada sarjana:) #skripsiituberat
Sepertinya waktu akan selalu mengantarkan aku untuk berkunjung kesini. Blog ini semacam time capsul yang menyimpan banyak kenangan berharga di masa remajaku. Kenangan tentang luka, imajinasi, dan emosi yang menggebu-gebu. Senang sekali bisa kembali mengulas kenangan itu dengan membaca tulisan-tulisan lamaku. Cukup menggelikan sih sebenarnya hahaha, kecuali cerita tentang trouble with Bu Eva. Cerita itu sempat mebuatku menitikkan air mata haru mengingat perlakuan Bu Darma yang menenangkanku.
Selesai dengan agenda nostalgia. Aku ingin menyampaikan sebuah ultimatum. Tulisanku sekarang menjadi postingan terakhir pada blog remajaku ini. Aku ingin memberi salam perpisahan untuk diriku di usia remaja. Menapaki usia dewasa, sudah banyak hal yang dilalui dan mengalami perubahan. Melalui postingan ini, secara resmi aku melepas hal-hal di masa remaja yang tidak relate lagi dengan kehidupan dewasaku.
Mari kurangkumkan sedikit cerita tentang perkembangan hidupku. Karena di blog ini mungkin 90% berisi tentang Fate (nama samaran dari sosok yang kudeklarasikan sebagai cinta pertama romantisku), maka akan kumulai dengan cerita tentangnya. Sekitar dua tahun lalu, Juli 2021, aku memberanikan diri untuk menghubunginya. Yaa pastinya akan sangat aneh sih bagi dia. Tapi, aku tetap mencoba mendekatinya sekali lagi. Surprisingly, dia menyambut pesan-pesanku dengan ramah, jauh berbeda ketika kita masih remaja yang dia membalas pesanku saja tidak. Aku sempat merasakan optimisme cinta berbalas. Cuman beberapa saat. Singkat saja ya ceritanya. Aku tidak ingin terlalu mengungkit kisah sedih ini. Intinya, aku mendapatkan penolakan tepat sehari sebelum aku ulang tahun ke-21. Maka dari itu, esoknya, hari yang seharusnya aku lalui dengan suka cita, malah harus dipenuhi oleh emosi negatif.
Butuh waktu lama untuk sembuh dari patah hati, tapi syukurnya sekarang aku sudah pulih. Kejelasan situasi yang menyatakan bahwa kita memang tidak bisa menjalin hubungan lebih dari teman biasa, melenyapkan harapan yang kupupuk selama 7 tahun. Sehingga, layu pula perasaanku secara perlahan. Kini, aku bukan lagi Mufliha remaja yang mendamba dan antusias terhadap kisah cinta pertamanya. Tapi, semua kenangan cinta pertama itu akan tetap memiliki tempat istimewa tersendiri sebagai bagian dalam hidupku. Aku akan selalu berterima kasih atas segala yang telah kulewati bersama rasa yang tidak berbalas itu.
Berikutnya, cerita tentang Smaeli. Aku sudah tidak pernah lagi berkunjung ke Smaeli atau lebih tepatnya ke Parepare sejak memasuki dunia kampus. Seingatku, terakhir kali ke Smaeli waktu aku mengambil ijazah atau mungkin waktu pesta penamatan (aku lupa lebih dulu mana dua kegiatan itu). Sebenarnya, aku bisa saja punya kesempatan untuk berkunjung lagi ke Smaeli ketika diadakannya Halal Bi Halal setiap dua tahun sekali. Tetapi, transportasi yang tidak memungkinkan beserta izin orang tua yang sulit membuatku tidak pernah bisa menghadiri acara tersebut. Jujur, aku seringkali iri jika melihat postingan teman-teman angkatanku di Instagram yang berkunjung ke Smaeli, bertemu dengan guru dan stakeholder, melihat perubahan kondisi sekolah semakin maju sembari mengenang masa lampau. Huh, semoga saja di lain waktu aku pun bisa berkesempatan mengunjungi sekolah yang paling memorable dalam hidupku.
Meskipun sudah tidak pernah lagi ke Smaeli, tetapi keakraban hubungan dengan teman-temanku saat di Smaeli masih dapat kupertahankan. Setiap tahunnya aku menyediakan waktu meet up bersama 313 Squad (Apip, Meimei dan Ica). Apip dan Ica sekarang sedang sibuk coass, sementara Meimei masih bertahan merantau di Malang untuk melanjutkan S2 dan bekerja disana. Aku masih sering hangout bersama besan (Ayyi), Rei (yang sekarang sudah kembali menetap dan bekerja di Barru), Yuni, dan Aisyah. Beberapa bulan ini aku dan teman-teman bahkan memulai arisan yang beranggotakan aku, Alfina, besan, Innah, Ica, Uci, Cems, Anggun, dan Nabila. Anggun dan Nabila hanya bisa bergabung apabila berada di Makassar karena mereka sekarang telah bekerja setelah menyelesaikan studi kuliahnya. Kalau aku tidak salah, Anggun bekerja di Jakarta sebagai asisten hakim dan Nabila bekerja di bank BRI Suppa. Sesekali aku juga bertemu dengan Ulil, Shodiq, Bagas, dan Gany. Mereka berempat sekarang merintis bisnis kafe bersama. Aku juga biasanya menghadiri undangan-undangan jamuan wisuda teman-temanku, terakhir kali aku menghadiri jamuan wisudanya Nir. Ohiya, aku pun masih sering berkomunikasi secara online dengan Annung. Dia sekarang sudah menjadi PNS dan mendapat penempatan di Wamena. Sangat senang melihat satu per satu teman-temanku menemukan jalur karirnya masing-masing. Aku dengan tulus mendoakan kebahagiaan dan kesuksesan semua teman-teman Galaks11.
Sebelum penutup, mengenai imajinasiku yang sering kutuangkan dalam bentuk cerpen dan puisi, sudah lama aku tidak menulis fiksi. Semasa kuliah ini, aku habiskan dengan mencoba aktivitas baru. Menulis berita, menyiar radio, meneliti, mengajar, dan menulis naskah untuk konten seorang Youtuber Makassar. Aku baru kembali menulis fiksi belum lama ini sebagai selingan dari mumetnya menulis skripsi. Hiks, aku benar-benar berharap skripsiku bisa segera selesai dan aku bisa sarjana di tahun ini tanpa harus membayar UKT lagi.
Mengenai cerita tentang luka yang kusalurkan melalui coretan puisi, aku hanya ingin mengatakan luka dalam hidupku tetap ada. Boleh jadi semakin banyak, Tetapi, tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Obat penyembuh yang kupunya akan selalu lebih banyak dari luka yang muncul. Jadi, akan terus baik-baik saja.
Akhirnya, aku sampai pada penutup surat perpisahanku dengan diriku yang masih remaja. Aku tidak akan kembali untuk menulis di blog ini. Aku berencana membuat blog baru untuk diriku yang sudah dewasa. Blog ini biar aku tinggalkan dan menjadi time capsul yang bisa aku datangi kapanpun aku ingin mengenang masa remajaku. Terima kasih Mufliha remaja, kamu sudah berusaha melewati kehidupanmu dengan baik. Kini, biarkan Mufliha dewasa ini yang melanjutkan kehidupan kita dengan sepenuh hati.